Destinasi wisata favorite salah satunya Gunung Bromo yang menawarkan keindahan alam melihat dan menikmati matahari terbit (sunrise). Namun masih banyak yang belum mengetahui tiga desa wisata yang ada di Gunung Bromo yang juga memiliki daya tarik tersendiri dengan mengunjungi desa wisata yang ada untuk merasakan kedekatan dengan masyarakat setempat yaitu Suku Tengger dan mengetahui kearifan lokal yang dimiliki desa-desa tersebut.Ketiga desa wisata itu adalah Desa Wisata Adat Ngadas di Kabupaten Malang, Desa Wisata Podokoyo dan Desa Wisata Alam Bala Daun Wonomerto yang keduanya berada di Kabupaten Pasuruan.
Yang dimiliki ketiga desa itu sama yaitu ladang sayuran, tempat beribadah, upacara adat, homestay dan beberapa lainnya.Mereka menawarkan atraksi wisata dari semua hal yang telah tersedia di desanya.Berjalan-jalan di desa mengunjungi beberapa tempat, belajar menanam sayuran, memasak bersama tuan rumah, gegeni (berdiam) ala Tengger (berbincang didekat tungku arang kayu yang menyala), melihat upacara adat yang sedang digelar, melihat matahari terbit di penanjakan, serta beberapa hal lainnya. Agar menarik wisatawan untuk berkunjung, meski terlihat mirip, ketiga desa memunculkan ciri khas yang ada di desanya masing-masing.
Desa Wisata Adat Ngadas (Dewi Adas) telah mendapatkan kunjungan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Paket wisata yang ditawarkan adalah berjalan-jalan di desa mengunjungi berbagai tempat termasuk makam. Makam itu untuk tiga agama yang ada di Ngadas yaitu Islam, Buddha, dan Hindu. Saat hidup masyarakat berdampingan di satu desa dan saat meninggal dimakamkan di satu lokasi makam.
Wisatawan juga bisa melihat matahari tenggelam di desa, beraktivitas di ladang, memasak besama tuan rumah, berbincang budaya di pawon(dapur), melihat matahari terbit di penanjakan, trekking jalur leluhur-jalur masyarakat Ngadas tempo dulu menuju Pura Luhur Poten Bromo saat mengikuti Yadnya Kasada. Jalur itu merupakan jalur terdekat dengan berjalan kak.
Desa Wisata Podokoyo, memiliki paket wisata seperti yang ada di Dewi Adas, namun juga memiliki aktivitas yang berbeda. Saat rombongan wisatawan datang akan disambut dengan musik Baleganjur. Wisatawan pun bisa belajar membatik khas Podokoyo dengan motif daun, Bromo, dan bunga kecubung. Batik itu digunakan sebagai udeng, sarung, baju, dan selendang. Trekking sampai Bromo pun dimiliki, namanya Bromo Fun Tracking.
Desa Wisata Alam Bala Daun Wonomerto ngin makan manisan carika? selain di Dieng itu bisa didapatkan di desa ini. Carika diproduksi menjadi manisan, sirup, dodol, permen, dan sabun. selain Carika yang diolah menjadi sajian menarik juga ada terong belanda, pisang, kentang, dan lainnya. Paket wisata yang ada, beberapa sama dengan Desa Wisata Adat Ngadas dan Desa Wisata Podokoyo, namun ada juga yang berbeda wisatwan dapat belajar bahasa Tengger dengan buku penuntunnya bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dan dapat menanam pohon. Pohon akan diberi nama penanam termasuk barcode. Desa Wisata ini juga memiliki batik yang dinamakan Batik Tosarian.
Bila makan di tiga desa wisata itu, ada kesamaan yang spesial. Nasi berbahan jagung putih dan sayur daun semen. Semen dari kata semian kubis yang telah dipanen, batangnya dibiarkan, lalu akan ada daun bersemi disebut semen. Sayur ini direbus saja dan dimakan dengan nasi putih, sambal terasi, ikan asin, tahu, dan tempe.sambelnyapun spesial karena memakai campuran lombok terong, bentuknya seperti tomat kecil dan pedisnya luar biasa.
Ketiga desa ini juga mempunyai kesenian tradisional, meski sebagian berasal dari luar daerahnya seperti musik ketipung, gamelan, tari, tayub, musik balaganjur, reog, kuda kencak, dan lainnya.Wisatawan dapat menyaksikannya dan bahkan bisa belajar menari atau memainkan alat musik. ( By. Hasma )
Yang dimiliki ketiga desa itu sama yaitu ladang sayuran, tempat beribadah, upacara adat, homestay dan beberapa lainnya.Mereka menawarkan atraksi wisata dari semua hal yang telah tersedia di desanya.Berjalan-jalan di desa mengunjungi beberapa tempat, belajar menanam sayuran, memasak bersama tuan rumah, gegeni (berdiam) ala Tengger (berbincang didekat tungku arang kayu yang menyala), melihat upacara adat yang sedang digelar, melihat matahari terbit di penanjakan, serta beberapa hal lainnya. Agar menarik wisatawan untuk berkunjung, meski terlihat mirip, ketiga desa memunculkan ciri khas yang ada di desanya masing-masing.
Desa Wisata Adat Ngadas (Dewi Adas) telah mendapatkan kunjungan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Paket wisata yang ditawarkan adalah berjalan-jalan di desa mengunjungi berbagai tempat termasuk makam. Makam itu untuk tiga agama yang ada di Ngadas yaitu Islam, Buddha, dan Hindu. Saat hidup masyarakat berdampingan di satu desa dan saat meninggal dimakamkan di satu lokasi makam.
Wisatawan juga bisa melihat matahari tenggelam di desa, beraktivitas di ladang, memasak besama tuan rumah, berbincang budaya di pawon(dapur), melihat matahari terbit di penanjakan, trekking jalur leluhur-jalur masyarakat Ngadas tempo dulu menuju Pura Luhur Poten Bromo saat mengikuti Yadnya Kasada. Jalur itu merupakan jalur terdekat dengan berjalan kak.
Desa Wisata Podokoyo, memiliki paket wisata seperti yang ada di Dewi Adas, namun juga memiliki aktivitas yang berbeda. Saat rombongan wisatawan datang akan disambut dengan musik Baleganjur. Wisatawan pun bisa belajar membatik khas Podokoyo dengan motif daun, Bromo, dan bunga kecubung. Batik itu digunakan sebagai udeng, sarung, baju, dan selendang. Trekking sampai Bromo pun dimiliki, namanya Bromo Fun Tracking.
Desa Wisata Alam Bala Daun Wonomerto ngin makan manisan carika? selain di Dieng itu bisa didapatkan di desa ini. Carika diproduksi menjadi manisan, sirup, dodol, permen, dan sabun. selain Carika yang diolah menjadi sajian menarik juga ada terong belanda, pisang, kentang, dan lainnya. Paket wisata yang ada, beberapa sama dengan Desa Wisata Adat Ngadas dan Desa Wisata Podokoyo, namun ada juga yang berbeda wisatwan dapat belajar bahasa Tengger dengan buku penuntunnya bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dan dapat menanam pohon. Pohon akan diberi nama penanam termasuk barcode. Desa Wisata ini juga memiliki batik yang dinamakan Batik Tosarian.
Bila makan di tiga desa wisata itu, ada kesamaan yang spesial. Nasi berbahan jagung putih dan sayur daun semen. Semen dari kata semian kubis yang telah dipanen, batangnya dibiarkan, lalu akan ada daun bersemi disebut semen. Sayur ini direbus saja dan dimakan dengan nasi putih, sambal terasi, ikan asin, tahu, dan tempe.sambelnyapun spesial karena memakai campuran lombok terong, bentuknya seperti tomat kecil dan pedisnya luar biasa.
Ketiga desa ini juga mempunyai kesenian tradisional, meski sebagian berasal dari luar daerahnya seperti musik ketipung, gamelan, tari, tayub, musik balaganjur, reog, kuda kencak, dan lainnya.Wisatawan dapat menyaksikannya dan bahkan bisa belajar menari atau memainkan alat musik. ( By. Hasma )